Pertempuran Guilin-Liuzhou | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Perang Dunia II | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Tentara Revolusioner Nasional, Tiongkok Angkatan Udara Tentara Amerika Serikat, Amerika Serikat | Kelompok Tentara ke-11, Kelompok Tentara ke-23, Tentara Kekaisaran Jepang, Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Bai Chongxi, Zhang Fakui, Kan Weiyong†, Chen Jihuan†, Lü Zhanmeng† |
Yasuji Okamura, Hisakazu Tanaka | ||||||
Kekuatan | |||||||
200,000 pasukan 217 pesawat[1] |
160,000 pasukan 150 pesawat Sejumlah tank dan mobil bersenjata Dukungan angkatan laut dari Armada Ekspedisioner Tiongkok ke-2[1] | ||||||
Korban | |||||||
Klaim Jepang: 5,665 tewas 13,151 ditangkap[1] | 13,400[1] |
Pertempuran Guilin–Liuzhou (Hanzi sederhana: 桂柳会战; Hanzi tradisional: 桂柳會戰; Pinyin: Gùilǐu Huìzhàn), yang juga dikenal sebagai Pertempuran Guiliu adalah salah satu dari 22 pertempuran utama antara Tentara Revolusioner Nasional (TRN) dan Tentara Kekaisaran Jepang (TKJ) pada masa Perang Tiongkok-Jepang Kedua.
Pertempuran tersebut adalah pertempuran ketiga dari tiga bagian Pertempuran Henan-Hunan-Guangxi, yang juga dikenal sebagai Operasi Ichigo.
Pada Agustus, setelah pertempuran di Hunan dan Guangdong, Tentara ke-11 dan ke-23 TKJ meluncurkan serangan masing-masing ke kota Guilin dan Liuzhou. Pasukan TRN yang mempertahankan daerah itu sebagian besar adalah sisa-sisa dari Pertempuran Hengyang, dan oleh karena itu, hanya ada 20.000 tentara yang berada di Guilin pada 1 November ketika Jepang memulai serangan mereka ke kota itu.
Pemerintah Tiongkok tahu bahwa mereka tidak akan dapat mempertahankan Guilin, tetapi dengan sengaja memperpanjang pertempuran karena alasan politik domestik, mengirim makanan dan pasokan kepada mereka yang terkepung. Sebagian besar warga sipil sudah melarikan diri berminggu-minggu sebelumnya dari kota Guilin yang sekarang hangus terbakar. Guilin telah diperkuat dengan pertahanan, kotak obat, kawat berduri, dan pasukan Guangxi di bawah komando Jenderal Muslim Bai Chongxi. Jenderal Joseph Stilwell yang bersahabat dengan Bai, bersusah payah mengirim amunisi Amerika ke pasukan Bai.[2] Parit-parit mulai digali di antara perbukitan sebagai tempat perlindungan.[3]
Setelah melalui 10 hari pertempuran yang berlangsung sengit, Jepang akhirnya berhasil menduduki Guilin, dan pada hari yang sama memasuki Liuzhou juga. Pertempuran berlanjut secara sporadis ketika pasukan Tiongkok di tarik mundur dengan cepat, dan pada 24 November Jepang telah menguasai 75 kabupaten di provinsi Guangxi atau sekitar 2/3 dari seluruh wilayah provinsi itu, dan dikatakan telah menewaskan 215.000 orang sebagai aksi pembalasan dan melukai setidaknya 431.000 warga sipil selama terjadi baku tembak.